terkini

Iklan Film

Opini-Bupati Flotim, Perantau Ingin Hidup (Teropong Kepekaan Pemda di Tengah Badai Covid-19)

Lidinews
Kamis, 4/09/2020 02:34:00 AM WIB Last Updated 2023-02-11T03:45:48Z
Foto: Yoris Ratu Subah (Mahasiswa Flores Timur Makassar)

Sulsel, Makassar, Lidinews.com - Kamis, 9 April 2020. Pandemic Covid-19 sungguh meresahkan semua kalangan di muka bumi. Sisi kesehatan, ekonomi, ketahanan pangan, psikologi direnggut tanpa ampun.

Baru berapa pekan, peliknya sudah dirasakan akibat covid - 19. Masyarakat kelas menengah ke bawah mengutarakan keresahan akibat kondisi darurat  yang mencekik ekonomi.

Stok kebutuhan pokok masyarakat terganggu akibat dampak kebijakan yang sejatinya baik tapi tidak bijak sampai pada sisi yang lain.

Akibat dampak tersebut, tingkat ketergantungan masyarakat terhadap negara dari pusat hingga daerah semakin tinggi. Tentu bukan tanpa alasan. Hal ini disebabkan karena macetnya aktivitas masyarakat di luar rumah.

Apalagi dengan instruksi pemerintah tentang "social distancing" yang mengharuskan masyarakat melakukan karantina mandiri (stay at home).

Income masyarakat yang sebelumnya mampu mencukupi kebutuhan pokok akhirnya jatuh terpuruk tanpa kompromi. Finansial tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

Masyarakat pedesaan mungkin belum meraskaan. Akan tetapi para perantau (mahasiswa dan pekerja harian) sungguh mengalami goncangnya ketahanan pangan.

Untuk penuhi kebutuhan sehari hari semakin susah. Apalagi untuk membayar kontrakan yang tidak kenal wabah.

Semakin lama wabah ini membumi di indonesia maka akan dipastikan kemelaratan dalam pemenuhan kebutuhan pokok semakin dirasakan oleh perantau. Lalu bagaiman?
apa yang harus dilakukan?

Bak jalan buntu, perantau hanya bengong merasakan jatuh tertimpa tangga. Berharap pada kebijakan pemerintah pusat pun daerah adalah salah satu solusi yang bijak. Tetapi hingga kini belum ada kebijakan yang menyelamatkan keresahan perantau.

Menilik pada realitas itu, penulis secara khusus ingin soroti kinerja dan kepekaan pemerintah daerah Flores Timur yang hingga kini belum memberikan kebijakan solutif terkait masalah tersebut.

Bupati selaku kepala pemerintahan daerah seakan apatis dan tidak gubris terhadap kondisi yang semakin terpuruk.

Pernahkah bupati Flores Timur memikirkan nasib warganya yang ada di perantaun lebih khusus mahasiswa dan pekerja harian yang mengharapkan sesuap nasi dari kiriman orang tua dan income harian? Tentu tidak.

Sebagai kepala pemerintahan daerah, Bupati Flotim sejatinya bijak dalam menanggulangi masalah ini. Dari sisi pencegahan penyebaran hingga penanggulangan bencana ketahanan pangan bagi warganya.

Sebab semuanya sama sama penting untuk tujuan hidup tanpa wabah (wabah medis dan wabah lapar).

Perantau butuh makanan.
Pulang, takut ditolak.
Tak pulang mati kelaparan.
Lalu, bagaimana?


Penulis: Yoris Ratu Subah (Mahasiswa Flores Timur Makassar)
Laporan: Bung Gie
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Opini-Bupati Flotim, Perantau Ingin Hidup (Teropong Kepekaan Pemda di Tengah Badai Covid-19)

Iklan

Pasang Iklan Di Sini Close x Kode Iklan Di Sini Broo