RATAPAN KULIAH BERBASING DISTANCING
Oleh: Budi Kusuma
Jurusan Teknik Pertambangan
Unismuh Kendari
Jangan hanya karna sosial distancing lalu di ambil kegiatan yang bias kelas Ini pandemi bukan perlombaan produktivitas |
Kisah ini bermula saat hantaman palu godam C 19 melahirkan kebingungan dan ketakutan di sudut tenggara indonesia , sulawesi, pertama kali mendengar tentang virus SARS 19, saya menganggab itu adalah hal yang luar biasa, kita merasa mendengar kabar tak ubahnya dengan cerita film-film virus yang mengancam kehidupan manusia.
virus ini menyebar dengan baik tanpa mengenal batas teritorial bak kebakaran di karhutla , dengan cepat merebak mengekspansi berbagai negara membuat saya dan kalian atau warga jagat mayangtara di persilahkan untuk khawatir tak terkecuali indonesia.
Bagaimanapun adalah benar adanya, pada situasi yang sama, saat C 19 makin menunjukan taring kegarangannya yang tiada tara , dengan cekatan secara mendadak mampu setidak tidaknya menunjukan kemampuan beradaptasi yang baik di beberapa tempat yang terkesan begitu abai terhadap wabah, terlepas dari buruknya respon pemerintah kita terhadap pandemi.
disaat negeri yang seharusnya waspada dari C 19 yang berpotensi datang dari negeri seberang. dengan entengnya pemerintah kita malah menyibukkan diri untuk mengundang dengan hormat para wisatawan guna melancarkan arus ekonomi.
Sehingga Pada gilirannya, Akibat kelalaian pihak yang mempunyai kuasa, dengan terpaksa membias kepada mahasiswa dan warga ekonomi marginal untuk di buat susah diri akan aktivitas sosial distancing , walaupun benar adanya sosial distancing berimplikasi terhadap sistem pendidikan kita yang di tuntut untuk berubah, namun hal itu bagi saya adalah masalah yang liyan, selain bahwa kuliah online adalah problematika yang baru.
Namun apabila pembaca bersedia dengan dada yang lapang memberikan saya kesempatan , saya ingin bercerita sedikit tentang ratapan kuliah distancing yang kebetulan saja saya jumpai di halaman beranda media sosial saya dan anda atau mungkin kita sebagai lahan baru tempat nongkrong berminggu-mingu, yang setidaknya masi teringat segar di dalam memori ingatan ini , walaupun tidak sesuai dengan narasi aslinya, namun paling tidak tak mengurangi makna dari apa yang ingin di sampaikan.
Barangkali tepat, bahwa kita mempunyai sedikit kebiasaan yang sepertinya agak sama, yaitu akan sedikit menyibukan waktu dengan berjalan-berjalan (katakanlah demikian), untuk kembali berkunjung ke dunia maya dan sedikit bercengkrama terhadap status-status di beranda lini masa facebook atau bahkan membaca, menulis sebagai kegiatan rutin harian saat kuliah di rumahkan.
ketika saya dan atau mungkin "kita" kembali di perhadapkan dengan cara hidup di luar normal, mengurung diri katakanlah aktifitas yang bermula dari rumah guna memutus ranting ranting penyebaran pandemi
ketika saya dan atau mungkin "kita" kembali di perhadapkan dengan cara hidup di luar normal, mengurung diri katakanlah aktifitas yang bermula dari rumah guna memutus ranting ranting penyebaran pandemi
sontak tanpa menduka sebelumnya saya menjumpai status yang bernada keresahan yang begitu piawai mengajukan suara kegelisahan akibat tidak efektifnya kuliah berbasis daring di karenakan beberapa hal yang kemudian cukup mengganggu, walaupun bagi saya apa yang ia sampaikan benar pula adanya.
Jika pembaca merasa kan hal yang sama maka saya akan mengutip status tersebut dan dengan segera memperlihatkan kepada pembaca tentang ironi yang paling tidak mewakili kita semua sebagai ( maha ) siswa , maka akan kita dapati kenyataan bahwa,kurang lebih yang ia ingin sampaikan demikian ”di kampus saya, mahasiswa yang di perhadapkan oleh kenyataan sistem kuliah berbasis daring, meskipun demikian menuai banyak kontroversi di kalangan mahasiswa itu sendiri, seperti sinyal tidak berpihak di beberapa tempar , kuota internet yang tak bisa di indahkan ke hadirannya di akibatkan latar belakang mahasiswa yang berangkat dari status ekonomi yang liyan, ironis memang, saat perguruan tinggi yang lain seyogiyanya telah menyediakan fasilitas penunjang perkuliahan online dan mempersilahkan mahasiswanya mendapatkan konpensasi keringanan dalam menghadapi kuliah berbasis daring , sebut saja paket gratis yang di sediakan oleh pihak kampus dalam mempermudah mahasiswa dalam mengikuti sistem perkuliahan yang tidak normal ini “.
Sejauh yang saya pahami mahasiswa yang terkendala dengan akses jaringan, sudah pasti sulit atau bahkan tak bisa untuk mengikuti kelas.
Cerita itu tentu saja hanyalah sebagian dari salah satu ratapan yang Tentunya masi bisa kita saksikan secara bersama sama dalam pengejawantahan kuliah daring , bagi saya cukup membingungkan memang saat kuliah daring Di canangkan malah masi ada saja lembaga pendidikan yang terkesan begitu abai untuk peduli terhadap kondisi mahasiswanya ,dengan kenyataan bahwa mahasiswa dengan masifnya pandemi C 19 tidak menggunakan fasilitas kampus selepas mereka telah menunaikan kewajibannya membayar SPP.
berbeda halnya dengan kampus sebelah yang birokrasinya rela merogoh koceh sekian persen dari SPP mahasiswa yang telah di serahkan ke pihak perguruan tinggi untuk kemudian di kembalikan ke mahasiswa dalam rangka mempermudah perkuliahan di tengah tengah kesulitan yang mereka hadapi di karenakan harga kuota internet yang membengkak.
Pada titik inilah saya maksudkan seyogianya kampus seharusnya menyusun kebijakan baru seperti subsidi kuota kepada mahasiswa, hal ini menjadi hak mahasiswa yang mesti mereka dapatkan, kebijakan tersebut juga akan mengurangi kemungkinan mahasiswa untuk keluar rumah hanya sekedar mencari koneksi WIFI Internet selepas kita bersepakat untuk memerangi pandemi.
Kita tetap sama sama berdoa agar kondisi ini dapat kembali pulih dan memperbaiki temuan temuan yang kita jumpai.
Tidak hanya sampai di situ tetapi saya ingin para pembaca kembali merefleksi situasi, hanya sekeda merefleksi perspektif kita.
apakah sejauh ini perkuliahan secara daring telah berjalanan efektif ?
Apakah transformasi ilmu antara mahasiswa dan dosen sudah berjalan dengan baik ?
Apakah kuliah daring hanya sekedar ikut ikutan trend ?
Apa perlu dosen di evaluasi ?
Namun sudahlah saya pikir kita semua telah tau jawabannya, namun dari saya kepada seluruh mahasiswa yang kiranya dalam kondisi sedang tidak baik baik saja.
Jangan lupa untuk berharap.
Jangan lupa untuk berharap.