terkini

Iklan Film

Gelembung Kenyataan Informasi

Lidinews
Jumat, 5/22/2020 03:38:00 AM WIB Last Updated 2023-02-11T03:44:41Z


Oleh: Dion Rasu

Sulsel, Makassar, Lidinews.com - Apa yang anda lakukan ketika bangun pagi? Apakah anda bangun lansung mengucek mata anda dengan kedua tangan? Membersihkan kotoran diwajah anda kemudian bergegas menuju kamar mandi atau mengambil segelas air berkumur mencuci mulut dari sisa makanan anda semalam?

Lalu setelahnya membuat secangkir gelas kopi yang anda beli atau memang sudah disediakan sebagai rutinitas jika perlu dan menggenapinya dengan sebungkus rokok yang dibeli dari warung terdekat.

Saya tidak menjamin anda melakukan seperti disebutkan itu, karena tidak mutlak atau kadang dilakukan. Justru menurut saya yang anda lakukan sesuai tuntutan zaman, yakni: memeriksa HANDPHONE atau smartphone anda hingga kadang-kadang berdoa dan  berkumur air putih. Lalu mengecek informasi terkini dari situs portal media internet serta memeriksa chatingan dari bos, teman, orang tua, dosen, istri dan pacar anda.

Jika memeriksa handphone (smartphone) rutin dilakukan anda bisa tertuju pada beberapa informasi yang terhubung dengan beberapa aplikasi seperti: youtube, chanel tv, fan page dan situs internet dan itu hal yang mudah jika kuota anda sesuai serta cara termudah tanpa menonton televisi dan mendengar radio. Tentunya anda menikmati hingar- bingarnya apalagi jika menyeruput kopi dan mengisap rokok secara perlahan, lalu seakan berada didalam kenyataan informasi itu.

Hasilnya anda tersedak, memaki, senang, tersenyum dan kadang menjadi brengsek seketika hingga acuh pada kondisi sekitar. Itu adalah tahap awal anda menerima kenyataan media dan pengaruhnya, dilansir dari buku kutipan ziauddin sardar dalam buku "membongakar kuasa media" karya RESIST BOOK" menyebutkan "tak seorang pun lepas dari kuasa media setiap detik tiap hari akibat kroninya dengan penguasa yang membentuk opini dalam menjarah pikiran massa hingga terasa sebagai imperialisme baru."

Tak hanya itu penelitian atau riset para ahli dan akademisi se-asia tenggara dan beberapa dari eropa menyebut "bahwa posisi media sudah berubah, jika dulu sebagai ladang opini sebagai demokrasi maka ketika terhubung dengan aplikasi Smartphone akan berganti jadi bias dan gelembung fantasi kebablasan," tengok saja hari-hari ini dilayar kaca dan layar HP anda, ditengah krisis ekonomi akibat Covid-19 masih ada ketidaksamarataan informasi dan banyaknya gejala sosial yang jarang diliput, bukan karena keterbatasan sumber daya tetapi hal lain.

Mengapa kebenaran informasi diberbagai media tidak sama? anda harus berkaca pada sejarah politik pilpres 2019 yang dihadiahi tagar (#) ganti presidan atau kemenangan Donald J Trump (presiden Amerika serikat ) yang dibantu Rusia secara strategi dengan memiliki stasiun televisi pribadi. Kita terlalu percaya pada doktrin lama bahwa "seluruh hidup ini TUHAN yang atur" padahal UU menjelaskan sebagian kekuasaan negara termasuk aturan baku yang jadi pedoman, kasarnya: kita hidup dibumi dan menikmati hak kewarganegaraan dari kencing, berhubungan sex, serta hal penting lainnya diatur negara.

Selanjutnya, apakah kita masih percaya pada media? saya rasa jawabannya adalah bagaimana media menjaga "independensinya" agar tidak digunakan sebagai wadah dan lahan subur transaksional. Persoalan disini adalah kelompok kepentingan yang patuh pada komando  melalui teknik hegemoni kekuasaan, kita mengenal itu dengan sebutan "buzzeer "dan "influencer" kedua badan usaha kepentingan ini penyebab "gelembung kenyataan informasi" sehingga rakyat hanya menikmati sisa kebenaran hingga kutuk abu dari pelintir-pelintir informasi, opini yang dibangun hingga kita harus percaya ada oposisi yang sedang dibangun dalam membela orang yang membayarnya.

Bayangkan, jika media tidak diserang para buzzer dan influencer ini, social distancing tak jadi phsycal distancing hingga informasi memberi ruang kesadaran. Kita  menjadi terkonsentrasi pada informasi wabah virus (Covid-19) ketimbang masalah ekonomi: soal minyak mentah, RUU CILAKA, RUU KETAHANAN KELUARGA atau soal ekologi dan OMNIBUS LAW secara umum, karena memang yang terjadi adalah gelembung informasi ini menyebar dan menakut-nakuti dan kita menikmati sisa kebenaran.

Hasilnya apa yang kita dapatkan dari hiruk -pikuk Informasi yang banyak seperti gelembung dunia maya  dalam kenyataan, menurut saya: "kita menjadi sangat beracun" akibat kebanyakan informasi.

Penulis: Dion Rasu

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Gelembung Kenyataan Informasi

Iklan

Pasang Iklan Di Sini Close x Kode Iklan Di Sini Broo