terkini

Iklan Film

Gelombang Gerakan Feminisme Berdasarkan Arus Feminis

Lidinews
Sabtu, 5/16/2020 04:54:00 PM WIB Last Updated 2023-02-11T03:44:52Z

Lidinews.com - Sebagian besar orang masih berasumsi bahwa Feminisme adalah gerakan pemberontakan yang di lakukan oleh  kaum perempuan terhadap kaum laki-laki.

Apakah Feminisme selalu membahas tentang perempuan? yaaa, mungkin bisa kita katakan seperti itu  sebab kemunculan Feminisme berawal dari suatu proses panjang yang muncul dari berbagai rasa sakit dan kepahitan, serta kegetiran akan ketimpangan yang berlangsung di dalam tatanan masyarakat, baik yang berlangsung di ranah public maupun yang berlangsung di ranah domestic atau ranah pribadi.

Feminisme juga merupakan sebuah gerakan untuk memperjuangkan hak hak perempuan dan salah satu tujuan utamanya adalah mengeluarkan kaum perempuan dari kondisi ketidakbebasan dan ketidakadilan. Feminisme pun dapat kita wujudkan seperti tubuh perempuan yang tidak berpusat, tidak satu, dan tidak terintegrasi. Tetapi dapat membagi diri tanpa menjadi berkurang. Dan dapat menyatu tanpa kehilangan subjektivitasnya, serta karena adanya perbedaan sehingga dapat menyatu. 

Feminisme melahirkan 3 gelombang besar yang dimana masing - masing saling menegasi. Gerakan Feminisme pertama dimulai pada akhir abad ke-18 dan berkembang pesat sepanjang abad ke-20. 

Feminisme Gelombang Pertama mencakup beberapa aliran di antaranya adalah:

Feminisme liberal  ialah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Feminisme liberal beranggapan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia demikian menurut mereka punya kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakangan pada perempuan ialah karena kesalahan perempuan itu sendiri. 

Aliran ini  memilki pandangan mengenai negara sebagai penguasa yang tidak memihak antara kepentingan kelompok yang berbeda yang berasal dari teori pluralisme negara. Mereka menyadari bahwa negara itu didominasi oleh kaum Pria, yang terefleksikan menjadi kepentingan yang bersifat “maskulin”, tetapi mereka juga menganggap bahwa negara dapat didominasi kuat oleh kepentiangan dan pengaruh kaum pria tadi. 

Untuk kebanyakan kaum Feminis Liberal, perempuan cendrung berada “di dalam” negara hanya sebatas warga negara bukannya sebagai pembuat kebijakan. Karena itu, ada ketidaksetaraan perempuan dalam hal politik atau bernegara. Pun dalam perkembangan berikutnya, pandangan dari kaum Feminis Liberal mengenai “kesetaraan” setidaknya memiliki pengaruhnya tersendiri terhadap perkembangan “pengaruh dan kesetaraan perempuan untuk melakukan kegiatan politik seperti membuat kebijakan di sebuah negara” Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai "Feminisme Kekuatan" yang merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa bergantung pada lelaki.

Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkan wanita pada posisi subordinat. Budaya masyarakat Amerika yang materialistis, mengukur segala sesuatu dari materi, dan individualis sangat mendukung keberhasilan feminisme.


Wanita-wanita tergiring keluar rumah, berkarier dengan bebas dan tidak bergantung lagi pada pria. 
Dan Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya terletak pada produk kebijakan negara yang bias gender. Oleh karena itu, pada abad 18 sering muncul tuntutan agar perempuan mendapat pendidikan yang sama. Feminisme radikal Aliran ini menawarkan ideologi "perjuangan separatisme perempuan". 

Pada sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, utamanya melawan kekerasan seksual dan industri pornografi. Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada. Gerakan ini adalah sesuai namanya yang "radikal". Feminis Radikal berfokus pada tubuh, seksualitas, dan kepuasan yang bersinggungan dengan gerakan lesbianisme. 


Mereka ingin perubahan mendalam yang dimulai dari mencabut seluruh insitusi dari akarnya. Aliran feminis radikal dipecah menjadi Feminis Radikal Kultural (FRK) dan Feminis Radikal Libertarian (FRL). FRK mengagungkan keperempuanan dan kemampuan rahim perempuan menghasilkan kehidupan, dan bahwa hubungan seks heteroseksual adalah kekerasan terhadap perempuan. FRL, sementara itu, melihat sebaiknya perempuan tidak dibebankan lagi dengan reproduksi dan mereka menuntut adanya teknologi yang membuat rahim menjadi portable. FRL menekankan pada androgini, bahwa maskulinitas dan feminitas harus dihargai sama dan berada dalam tubuh yang sama tanpa ada ide tentang perempuan sejati dan keperempuanan.

Feminisme Anarkis aliran ini lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan sistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan.


Feminisme Marxist aliran ini memberikan kontribusi pemikiran mengenai pembagian berdasarkan jenis kelamin. Dan Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya bahwa sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi. Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange). 

Laki-laki mengontrol produksi untuk pertukaran dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari properti. Sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan mengakibatkan terbentuknya kelas dalam masyarakat borjuis dan proletar. Jika kapitalisme tumbang maka struktur masyarakat dapat diperbaiki dan penindasan terhadap perempuan juga dihapus dan feminisme sosialis aliran ini adalah Sebuah paham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme".

Feminisme Sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan. Lembaga perkawinan yang melegalisir pemilikan pria atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskan seperti ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan gender. 

Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini hendakmengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan.

Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis bahwa kapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran feminis sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumber penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung. 

Seperti dicontohkan oleh Nancy Fraser di Amerika Serikat keluarga inti dikepalai oleh laki-laki dan ekonomi resmi dikepalai oleh negara karena peran warga negara dan pekerja adalah peran maskulin, sedangkan peran sebagai konsumen dan pengasuh anak adalah peran feminin. Agenda perjuangan untuk memeranginya adalah menghapuskan kapitalisme dan sistem patriarki. Dalam konteks Indonesia, analisis ini bermanfaat untuk melihat problem-problem kemiskinan yang menjadi beban perempuan. 

Feminisme gelombang pertama ini  lebih berfokus pada kesenjangan politik, terutama dalam memperjuangkan hak pilih perempuan atau emansipasi di bidang politik. Aliran feminisme gelombang pertama ini dimulai pada tahun (1792- 1960)  yang bermula dari tulisan Mary Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of The Rights of Woman dianggap sebagai salah satu karya tulis feminis awal yang berisi kritik terhadap Revolusi Prancis yang hanya berlaku untuk laki-laki namun tidak untuk perempuan.

Feminisme Gelombang Kedua mencakup aliran :

Feminisme Eksistensial seseorang tidak dilahirkan melainkan di bentuk menjadi perempuan. Kutipan tersebut berasal dari buku The Second Sex. Seperti yang di katakana oleh Simone De Beauvoir “one is not born, rather becomes, a women “ perempuan tidak semata mata dilahirkan. Perempuan adalah suatu proses menjadi itu tidak pernah berakhir. Menjadi feminis pun demikian dimana seharusnya tidak ada stereotip perempuan. Feminis pun  bukan suatu prototype jenis perempuan atau laki laki dengan karakter. Penampilan atau karakter tertentu kecuali ia menyadari bahwa adanya ketimpangan struktur dan merasa tidak nyaman dengan ketimpangan itu.

Feminisme Gynosentris aliran ini memandang perempuan dari perbedaan fisik antara laki laki. Yang menyebabkan perempuan lebih inferior dibandingkan laki laki. Feminisme ini merupakan biasa dari feminis radikal yang ekstrim. Aliran ini beranggapan bahwa perempuan harus memformulasikan kekuatan kolegtif, menumbuh kembangkan pengetahuan yang akan membekali mereka untuk melawan control patriakal, baik secara fisik maupun kejiwaan.

Feminis gelombang kedua merupakan gerakan pembebasan perempuan atau biasa dikenal dengan istilah Women Liberation. Gerakan ini adalah gerakan kolektif yang revolusioner, sebagaimana nampak sejak kemunculannya pada tahun (1960-1980)  dimana menunjukan bahwa sistem sosial masyarakat modern memiliki struktur yang pincang akibat budaya patriarkal yang sangat kental. Marginalisasi peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya ekonomi dan politik, merupakan bukti konkret yang diberikan kaum feminis.

Feminisme Gelombang ketiga, atau dikenal juga sebagai posfeminisme ini mencakup aliran: 

Feminisme Postmodern aliran ini  berusaha membedah epistemologi dan ilmu pengetahuan yang telah mapan dan mencurigai praktik-praktik kolonialisme yang masih bercokol dalam bentuk budaya. 

Feminisme multicultural hadir karena adanya kesadaran bahwa posisi subordinat perempuan tdiak semata mata muncul karena seorang perempuan adalah perempuan, melainkan ia juga adalah perempuan dengan ras, kelas, agama, atau latar belakang tertentu. Sering sekali banyak yang berkata bahwa femenisme berawal dari barat, maka yang ada di benak mereka biasanya adalah feminis radikal, atau postmodern, pemikiran radikal sering di anggap tidak sesuai dengan budaya “Timur” karena membahas mengenai seksualitas yang bagi pemikiran timur adalah tabu atau bahkan tidak bermoral. 

Ekofeminisme muncul akibat kerusakan sumber daya alam dan eksploitasi besar-besaran alam untuk industry dan bagi ekofeminisme alam dan perempuan merupakan sebuah kesatuan, oleh karena itu mengakhiri eksploitasi manusia (laki laki) terhadap alam berarti mengakhiri eksploitasi perempuan dan sebaliknya.

Aliran ini dimulai pada tahun 1980 sampai sekarang. Dan banyak tokoh Feminis yang menganggap bahwa Feminisme gelombang ketiga berbeda dengan Posfeminisme. Karena Posfeminisme merupakan gerakan yang menolak gagasan Feminis gelombang kedua. Dilihat dari ide dan gagasannya.

Feminisme gelombang ketiga mengusung keragaman dan perubahan seperti globalisasi, postkolonialisme, poststrukturalisme, dan  postmodernisme. Dalam hal ini, Feminisme gelombang ketiga sangat dipengaruhi oleh postmodernisme yang merupakan pencetus lahirnya feminisme gelombang ketiga. 

Catatan : 
(Tulisan ini ditulis dari beberapa referensi yang telah dikumpulkan, dan tentunya telah di edit sedemikian rupa oleh penulis, dan dalam proses penulisannya penulis menggunakan referensi dari buku “Rosemary Putnam tong, Feminist Thought : A Comprehensive introduction” dan https://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme)

Penulis: Novi Astuti (Wakil Ketua Bidang Pergerakan Sarinah DPC GMNI Kendari)



Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Gelombang Gerakan Feminisme Berdasarkan Arus Feminis

Iklan

Pasang Iklan Di Sini Close x Kode Iklan Di Sini Broo