terkini

Iklan Podcast

Raden Ajeng Kartini, Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia

Lidinews
Selasa, 7/14/2020 09:41:00 AM WIB Last Updated 2023-02-11T03:43:12Z
Jatim, LidiNews.com |Pada setiap tanggal 21 April masyarakat Indonesia memperingati satu hari besar yang disebut Hari Ibu Kita Kartini. Sekalipun euforia-nya dilakukan setiap tahun selama puluhan tahun tetapi masih banyak anak-anak bangsa yang tidak mengetahui siapa sosok yang satu ini. 

Karena itu di artikel berikut ini akan dijelaskan tentang biografi lengkap dari Ibu Kita Kartini. Harapan bisa menjadi tambahan pengetahuan kepada seluruh generasi penerus bangsa agar bersedia untuk mengikuti jejak langkahnya. Berikut uraian lengkapnya:

Siapakah Raden Ajeng Kartini?

Ibu Kita Kartini memiliki nama lengkap Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini. Beliau lahir di kota Jepara tepatnya pada tanggal 21 April 1879. Sesuai dengan nama gelar yang disandang di depan namanya maka beliau terlahir dari kalangan ningrat atau bangsawan. 

Raden Ajeng Kartini adalah putra dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dari istri pertamanya bernama M. A. Ngasirah. Namun sang ibu tidak mendapatkan keistimewaan dibandingkan istri yang lainnya karena dia berasal dari keluarga pribumi biasa. 

Ayah RA Kartini menikah lagi dengan RA Woerjan yang masih ada keturunan raja Madura. Karena pernikahan ini RM Adipati Ario Sosroningrat bisa menjadi bupati Jepara dengan langgeng. Karena syarat menjadi bupati harus menikah sesama kalangan ningrat. 

Pendidikan RA Kartini

Sebagai anak dari kalangan bangsawan tentu pendidikan yang diterima oleh Raden Ajeng Kartini lebih mumpuni dibandingkan anak pribumi biasa. Karena kalangan ningrat di masa kolonialisme memang di anak emaskan. 

Raden Ajeng Kartini mengenyam pendidikan dasar di Europese Lagere School atau ELS. Wanita cantik ini menamatkan sekolah saat usianya mencapai 12 tahun. Namun setelah itu RA Kartini dipingit karena sudah menjadi tradisi baginya sebagai perempuan Jawa. 

RA Kartini dan Karantina Sosial (Pingitan)

Raden Ajeng Kartini remaja sama dengan perempuan Jawa lainnya yaitu dipingit. Beliau tidak diperbolehkan untuk berinteraksi dengan dunia luar. Apalagi sekadar untuk berjumpa dengan teman-temannya. 

Untunglah keterampilan berbahasa Belanda yang ia dapatkan saat bersekolah di ELS membuatnya masih berkesempatan untuk berkirim surat ke Negeri Kincir Angin. Di sanalah tertulis segala keluh kesah ketika sedang dalam masa pingitan. 

Tak dinyana di dalam surat-surat tersebut juga tertulis idealisme-nya untuk membongkar marginalisme terhadap perempuan. Menurutnya perempuan layak mendapatkan kesempatan setara pria di dalam menentukan jalan kehidupannya. 

RA Kartini dan Gerakan Feminisme di Eropa dan Amerika

Raden Ajeng Kartini adalah sosok perempuan pembelajar yang baik. Sekalipun sedang dipingit beliau tidak pernah berhenti untuk mengetahui informasi tentang dunia luar. Buku-buku tentang pergerakan feminisme di Eropa dan Amerika pun menjadi bahan bacaannya. 

Dari pemikiran-pemikiran sekularitas inilah RA Kartini mulai merombak paradigma pingitan yang menurutnya sangat merugikan perempuan. Bahkan beliau mulai memiliki cita-cita untuk mengangkat citra perempuan agar tidak lagi dianggap rendah. 

Salah satu problem sosial yang dicerca oleh Kartini adalah adat pingitan. Dia beranggapan kalau perempuan harus diberi kebebasan di depan hukum. Termasuk juga kesetaraan dalam hak dan kewajiban sebagai manusia. 

Kartini dan Cita-Cita Besar Menjadi Guru

Ketika usia RA Kartini genap 24 tahun dia dinikahkan dengan K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Tepatnya pada tanggal 12 Nopember 1903. Pernikahan karena dijodohkan oleh orang tuanya dengan bupati Rembang yang sudah memiliki istri tiga orang. 

Dalam kondisi se-prihatin tersebut RA Kartini masih mampu membangun sekolah dan menjadi guru di sekolah tersebut atas seizin suaminya. Sedangkan gedung yang dipakai adalah tepat di samping pintu gerbang kantor Kabupaten Rembang. 

Setahun Menjadi Guru, RA Kartini Meninggal Dunia

Baru satu tahun menjadi guru di sekolah binaannya tepatnya pada tanggal 17 September 1904 Raden Ajeng Kartini meninggal dunia di usia 25 tahun. Pahlawan bangsa ini dimakamkan di di Desa Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Raden Ajeng Kartini adalah ibu emansipasi Indonesia. Surat-suratnya yang ditulis dan dikirimkan ke Belanda telah membuka tabir idealismenya untuk mengangkat derajat perempuan. 

Penulis: Ags
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Raden Ajeng Kartini, Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia

Iklan