Gambar : Bagaimana Sosok Pemimpin Yang Diinginkan Masyarakat Humbahas Terlebih Kaum Proletar. Lidinews.id |
Lidinews.id - Negara tak dapat terbentuk tanpa rakyat, begitu pula rakyat tak dapat membentuk suatu Negara tanpa adanya rakyat yang melahirkan seseorang yang militan, idealis, pejuang, pemikir, progresif maupun refolusioner. Sama halnya bila dikaitkan dengan Pilkada Tahun 2024 kali ini.
Nonsen suatu daerah tersebut maju dan berkembang jikalau rendahnya kesadaran politik dalam diri rakyat, seperti pada kutipan Paulo Freire dalam buku pendidikan kaum tertindas yang berbunyi; "Semakin rendah kesadaran politik rakyat di desa/kota, semakin mudah mereka dimanipulasi oleh elit penguasa yang tidak ingin kehilangan kekuasaannya".
Jikalau kita sadari pada kepemimpinan otoriter bupati sebelumnya, sungguh miris rasanya melihat para kaum petani dan buruh, dimana sebagian rakyat yang menderita akan lahan tempat mereka bertani direbut oleh kaum kapitalis yang memonopoli harta benda hingga harta satu satunya direbut paksa oleh kaum kapitalis dan kaum Borjuis untuk mencapai kekayaan maupun apa yang di inginkan dengan tanpa disadari rakyat yang tidak tahu apa-apa menderita.
Begitu pula dengan kaum buruh, dimana maraknya pembodohan yang dilakukan oleh kaum Borjuis (pemilik modal) untuk menguras tenaga kaum buruh upaya mencapai hasil dan keuntungan semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan antara hasil kinerja dan upah bagi buruh. Sehingga petani akan tetap bertani, dan buruh akan tetap menjadi buruh seumur hidup...!!!
Lalu... Bagaimana rakyat merubah nasibnya sendiri...!
Jikalau sistem yang dimiliki oleh pemerintah HUMBAHAS masih seperti ini, bisa-bisa rakyat HUMBAHAS akan tetap tergilas oleh kemajuan jaman dan HUMBAHAS akan tetap menjadi ladang bisnis bagi kaum kapitalis maupun Borjuis dan birokrat yang terlibat.
Dalam kutipan Bung Karno Presiden Pertama RI yang berbunyi; "Tuhan tidak mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu mengubah nasibnya sendiri".
Dari berbagai penjelasan diatas, maka kemakmuran dan kemajuan di Kab. HUMBAHAS masih dapat kita nilai dan kita ukur sampai dimana kemampuan yang dimiliki seorang tempramen otoriter bupati sebelumnya.
Pada perjalanan politik di Kab. HUMBAHAS, di PILKADA kali ini sangat memanas, dimana masing-masing Paslon kandidat berusaha merebut hati rakyat hingga mengorbankan segalanya yang dimiliki demi menduduki kursi kekuasaan. Narasi ini bukan memihak pada kandidat maupun ada unsur politik praktis atau ingin mencari muka.
Jelas saja, kesadaran politik pada rakyat Kab. HUMBAHAS masih sangat rendah, karena masih terfokus pada kelangsungan hidup regenerasi keluarga, sehingga terjadi hal-hal pembodohan yang tidak diinginkan namun, apakah kita rakyat HUMBAHAS hanya sebagai penonton pada perhelatan ini...!
Maka dari itu, pentingnya gerakan-gerakan kesadaran bagi seluruh rakyat di Kab. HUMBAHAS, supaya paham sosok pemimpin seperti apa yang diinginkan, dan keberpihakan seperti apa yang diinginkan, maupun kriteria seperti apa yang diinginkan rakyat HUMBAHAS.
Demokrasi jangan sampai terkangkangi lagi oleh orang-orang yang hanya mementingkan pribadinya, jangan sampai ikut termakan hasrat kekuasaan semata, kita masih satu cita-cita, kita masih satu tujuan, kemakmuran pada rakyat, kesejahteraan bagi rakyat, keadilan bagi rakyat.
Cita-cita proklamasi belum terindahkan, Trisakti Bung Karno belum terimplementasikan, Pancasila, UUD, dsb belum seluruhnya teraplikasi di Nusantara ini. Maka bijaklah rakyat HUMBAHAS untuk mengambil sikap, bijaklah dalam menilai, karena yang kita pikirkan bukanlah pribadi kita sendiri, karena dimana kita masih erat akan budaya maupun sosial, jangan mau termakan nafsu semata, karena pada akhirnya semua takkan dapat kita masukkan ke ransel dan kita tengteng ke bawah tanah.
Kita menginginkan revolusi, kita merindukan rejuvenasi sistem, kita masih ada pada kombinasi yang sama. Kita sebagai kaum intelektual, mari bersama menjaga Demokrasi yang sehat, bersama mewujudkan cita-cita revolusi, karena ;
U-ndang-undang
S-osialisme
D-Demokrasi
E-konomi Terpimpin
K-epribadian Indonesia
itu semua masih hanya dalam angan-angan para kaum gerakan.
Kiranya para kaum intelektual tetap pada garis perjuangan untuk mencapai sejatinya KEMERDEKAAN.
‘Didiklah rakyat dengan organisasi dan didiklah penguasa dengan perlawanan’
Mukti Utowo Mati
MERDEKA... MERDEKA... MERDEKA...