terkini

Iklan Podcast

DPD GMNI Jawa Timur nilai Konsolidasi Nasional di Blitar Sebagai Manuver Politik

Lidinews
Jumat, 6/27/2025 08:06:00 PM WIB Last Updated 2025-06-27T13:06:09Z
Gambar : DPD GMNI Jawa Timur nilai Konsolidasi Nasional di Blitar Sebagai Manuver Politik. Lidinews.id


Jawa Timur, Surabaya, Lidinews.id - Jumat, 27 Juni 2025. Blitar  kota yang dikenal sebagai tanah kelahiran Proklamator RI, Ir. Soekarno, kembali menjadi sorotan nasional.


Namun, kali ini bukan karena kebangkitan ideologis atau semangat marhaenisme yang progresif, melainkan karena munculnya polemik dalam tubuh organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).


Acara bertajuk Konsolidasi Nasional dan Ziarah Kebangsaan, yang digelar pada 21–22 Juni 2025 oleh salah satu faksi dalam GMNI, menuai kritik tajam dari Dewan Pimpinan Daerah GMNI Jawa Timur.


Dalam pernyataan resminya, Ketua DPD GMNI Jatim, Amir Mahfut, menilai kegiatan tersebut sebagai bentuk ritual pencitraan semata yang menutupi konflik internal organisasi.


“Apa yang diklaim sebagai upaya persatuan, pada dasarnya adalah reproduksi kekuasaan dari satu kelompok yang ingin mempertahankan dominasi secara sepihak,” tegas Amir dalam keterangannya, Senin (23/6).


Konflik internal GMNI memang telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir, terutama sejak adanya dualisme kepemimpinan antara kubu DPP GMNI pimpinan Imanuel Cahyadi yang terpilih dalam forum resmi kongres di gedung cristian center dan Arjuna yang melakukan aklamasi tanpa forum kongres di loby hotel amaris, Ambon. 


Dalam catatan aktivitas organisasi terlihat jelas akan pada semangat gandrung akan persatuan telah menjadi pegangan akan derap langkah kader GMNI dibawah kepemimpinan Ketua Umum Imanuel Cahyadi, terbukti pada pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS) yang ditetapkan di Ancol jakarta, pada tahun 2022 yang telah mana menghasilkan poin "kongres Persatuan" di satu sisi DPP GMNI dibawah pimpinan Arjuna pada akhirnya melaksanakan RAPIMNAS yg di laksanakan di yogyakarta, pada hasil Rapimnas di Yogyakarta melahirkan sikap penolakan terhadap "Kongres Persatuan". 


Dari catatan peristiwa sejarah ini, sudah sangat terang dan jelas bahwa Barisan DPP GMNI dibawah Pimpinan Ketua Umum Imanuel Cahyadi, sangat gandrung akan persatuan dan menjadi sangat terang bahwa GMNI dibangun bukan untuk jadi panggung politik yang haus akan kekuasaan. GMNI adalah organisasi mahasiswa yang berfokus pada pembentukan, penanaman ide dan karakter kader yang revolusioner. 


Lebih jauh, Amir mempertanyakan apa yang akhir-akhir ini dilakukan oleh faksi DPP arjuna, yang seolah-olah mau muncul menjadi sosok pahlawan menggaungkan perihal persatuan dan berusaha membelokan fakta untuk mencoba mengeser alur dan catatan sejarah siapa yang di front persatuan sejati. Mereka berusaha menempatkan posisi mereka sebagai giantor akan persatuan, seakan-akan semua problematika hari ini harus di bereskan oleh kelembagaan di bawah pimpinan ketua umum Imanuel cahyadi. Dilain hal ada langkah-langkah yang dilakukan malah menimbulkan problematik yang begitu terlihat, dikarenakan konsensus persatuan itu sendiri tanpa membertimbangkan dari pada AD/ART organisasi, hal itu bisa dilihat dari seruan akan persatuan yang tidak jelas konsep dan gagasannya, seruan tersebut tidak memberikan ruang dan jawaban dari pada persoalan yang terjadi di badan GMNI itu sendiri. 


Dalam kegiatan di Blitar, kelompok yang mengatasnamakan "Konsolidasi Nasional" disebut-sebut hanya melibatkan faksi tertentu tanpa melalui atau mempertimbangkan mekanisme organisasi yang baik berdasarkan AD/ART organisasi.


Amir Mahfut menyatakan bahwa pembentukan Forum Nasional Komunikasi Persatuan dalam acara tersebut justru memperjelas kecenderungan politisasi organisasi. Tidak ada transparansi, dialog antar faksi, ataupun pendekatan musyawarah dalam pembentukan forum tersebut.


Ziarah ke makam Bung Karno yang dijadikan momen simbolik acara, turut menjadi sorotan. Amir menilai bahwa aktivitas itu telah kehilangan esensi ideologisnya.


“Bung Karno bukan hanya simbol nasionalisme, tetapi juga simbol keberanian berpikir dan bertindak. Ziarah tanpa kesadaran ideologis adalah seremoni kosong,” ujarnya.


Amir mengungkap adanya indikasi manuver politik pribadi dalam kegiatan tersebut. Dalam selebaran isu yang beredar, ada nama calon yang isunya sedang mengincar posisi Sekretaris Jenderal DPP GMNI yang akan datang. Hal ini memperkuat dugaan bahwa kegiatan tersebut dimanfaatkan sebagai ajang pencitraan dan konsolidasi kekuasaan sepihak. Lebih dari itu sudah terbukti dengan adanya konflik internal pada saat pelaksanaan kegiatan, yang itu ditunjukan kepada personal dari yang isunya akan mencalonkan sebagai Sekjend DPP GMNI itu sendiri, pada akhirnya ada isu yang menyebutkan dia melakukan aktivitas yang tidak etik kepada beberapa cabang yang hadir di Blitar.


DPD GMNI Jawa Timur menilai bahwa langkah menuju persatuan seharusnya dimulai melalui jalur konstitusional, yakni penyelenggaraan Kongres Luar Biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 20 AD/ART GMNI. Amir menegaskan bahwa segala bentuk rekonsiliasi harus melalui proses demokratis dan legitimate.


“Persatuan tidak bisa dibentuk di atas kebohongan dan penyimpangan konstitusi. Jalan konstitusional yang harus ditempuh adalah menyelenggarakan Kongres Luar Biasa terlebih dahulu untuk lebih khusus kubu DPP GMNI Arjuna sebagaimana diatur dalam Pasal 20 AD/ART. Hanya melalui proses kongres masing-masing yang sah, keputusan tentang Kongres Persatuan dapat diambil secara demokratis dan legitimate.” tegasnya.


Pembentukan BPK Dinilai Cacat Prosedur, 

Salah satu isu paling kontroversial dalam kegiatan di Blitar adalah pembentukan Badan Panitia Kongres (BPK) yang dinilai tidak sah secara kelembagaan. DPD GMNI Jawa Timur menilai bahwa keputusan tersebut diambil secara sepihak oleh pihak yang tidak memiliki legitimasi struktural, mengingat hingga kini kubu pengurus DPP GMNI Arjuna masih ada dan hidup.


Akhir dari ritual pencitraan semata yang dilakukan oleh oknum-oknum yang mementingkan kepentingannya sendiri. Akhir pernyataannya, Amir Mahfut mengingatkan seluruh kader GMNI untuk kembali pada semangat dasar perjuangan organisasi, yaitu kejujuran, keberanian berpikir, dan kepatuhan terhadap konstitusi. 


“Konsolidasi yang tidak melibatkan semua pihak hanyalah ilusi kebersamaan. GMNI tidak bisa dibangun di atas citra palsu, tetapi harus ditegakkan melalui prinsip, proses demokratis, dan kejujuran ideologis,” pungkasnya.



Editor : Arjuna H T Munthe

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • DPD GMNI Jawa Timur nilai Konsolidasi Nasional di Blitar Sebagai Manuver Politik

Iklan