![]() |
Gambar : Inilah Saatnya Menyatukan Api Perlawanan Menyalakan Obor Perubahan. Lidinews.id |
Jakarta, Lidinews.id
- Rabu, 2 Juli 2025. Dewan
Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Tanah Karo
menyatakan sikap tegas dan penuh semangat untuk menyukseskan Kongres Nasional XXII GMNI yang akan digelar di
Bandung, Jawa Barat pada 15 Juli 2025.
Dalam pernyataannya, Ketua DPC
GMNI Tanah Karo bersama Sekretaris DPC menyampaikan bahwa Kongres ini bukan
sekadar rutinitas organisasi, melainkan titik
balik perjuangan ideologis menuju soliditas nasional yang lebih
progresif, revolusioner, dan sesuai dengan cita-cita marhaenisme Bung Karno.
Sebagai bagian dari kekuatan akar
rumput GMNI yang tumbuh di daerah, DPC GMNI Tanah Karo melihat bahwa Kongres
XXII bukan hanya agenda formal untuk memilih pemimpin nasional. Kongres ini
adalah ruang strategis untuk menyatukan
kembali semangat persatuan, meluruskan garis ideologis, dan menyusun arah baru
perjuangan organisasi di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.
Kongres adalah Jalan Persatuan,
Bukan Perpecahan
Dalam beberapa tahun terakhir,
GMNI mengalami dinamika internal yang tak bisa disangkal. Dualisme kepemimpinan,
fragmentasi politik internal, hingga melemahnya fungsi kaderisasi ideologis di
beberapa tingkat. Namun demikian, DPC GMNI Tanah Karo menegaskan bahwa jawaban terhadap konflik bukanlah
penghindaran, melainkan penyatuan melalui forum tertinggi organisasi, Kongres.
“Kami memandang Kongres ini
sebagai medan dialektika kader pelopor. Bukan tempat saling menjatuhkan, tapi
tempat menyatukan garis merah perjuangan. Kita harus hadir bukan sebagai
delegasi pasif, tapi sebagai pelopor persatuan nasional,” tegas Raja Tumbur,
Ketua DPC GMNI Tanah Karo.
Mengembalikan
GMNI ke Jalan Kaderisasi Revolusioner
Kader GMNI hari ini hidup di tengah
krisis multi-dimensi:
kapitalisme digital, ekopolitik ekstraktif, hingga degradasi ideologi di
kalangan pemuda. Dalam situasi seperti ini, Kongres harus menjadi tempat untuk
menghidupkan kembali semangat "kaderisasi revolusioner" sebagaimana
diwariskan Bung Karno. DPC GMNI Tanah Karo menyerukan agar Kongres nanti
membahas isu-isu konkret:
- Reorientasi pendidikan politik berbasis marhaenisme,
- Perlawanan terhadap penjajahan gaya baru (new imperialism),
- Penguatan peran GMNI dalam isu petani, buruh, dan masyarakat adat,
- serta konsolidasi gerakan mahasiswa secara nasional.
“Kita tidak bisa lagi terjebak dalam
wacana elite, sementara rakyat di bawah menjerit. Kongres ini harus kembali
pada suara wong cilik. Dan untuk itu, kita harus sukseskan bersama,” ucap Bung Arjun Munthe, Sekretaris DPC GMNI Tanah Karo.
Bandung adalah
Simbol Historis Perlawanan
Pemilihan Bandung sebagai tuan
rumah Kongres bukanlah kebetulan. Kota ini adalah saksi sejarah Konferensi Asia-Afrika 1955, di mana Bung Karno menyerukan
kemerdekaan bangsa-bangsa dari kolonialisme. Bandung adalah lambang perlawanan
terhadap hegemoni global dan tempat lahirnya semangat solidaritas
internasional.
Dengan melaksanakan Kongres di
Bandung, GMNI secara simbolik kembali ke akar sejarah:
Menentang penjajahan dalam bentuk apa
pun—baik ekonomi, budaya, maupun digital.
Itu sebabnya, DPC GMNI Tanah Karo menolak segala bentuk sabotase dan upaya
pembatalan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang anti persatuan.
Mengapa
Kongres Ini Harus Disukseskan?
- Momen Regenerasi Nasional
Kongres adalah titik regenerasi
kader pelopor secara nasional. Tidak ada organisasi yang kuat tanpa kaderisasi
ideologis yang konsisten. Kita butuh pemimpin nasional GMNI yang punya wawasan ideologis, kemampuan organisatoris,
dan sensitivitas terhadap perubahan zaman. Kongres inilah tempatnya.
- Penyatuan Kembali GMNI
GMNI bukan milik kubu tertentu.
Ia adalah milik seluruh kader dari Sabang sampai Merauke. Dualisme hanya bisa
diakhiri melalui forum sah organisasi,
bukan melalui narasi di luar struktur. Maka Kongres ini adalah platform konstitusional untuk
menyatukan GMNI dan membangun kepercayaan baru.
- Merespons Tantangan Nasional
Pemuda hari ini menghadapi
tantangan seperti otoritarianisme digital, manipulasi algoritma, ketimpangan
sosial, dan krisis iklim. GMNI harus hadir sebagai gerakan intelektual-organik yang membawa wacana alternatif dan
aksi nyata. Kongres harus membahas solusi revolusioner atas tantangan ini.
- Menjaga Marwah dan Martabat GMNI
Jika Kongres gagal, maka GMNI
bisa kehilangan marwah sebagai organisasi ideologis yang disegani. Maka
suksesnya Kongres adalah juga suksesnya
reputasi ideologi marhaenisme di tengah kemunduran gerakan mahasiswa
nasional.
- Menjawab Harapan Rakyat
GMNI bukan hanya organisasi
mahasiswa; ia adalah alat perjuangan rakyat. Petani, nelayan, buruh, dan masyarakat
adat menanti hadirnya pemuda progresif yang berpihak pada mereka. Kongres ini
harus jadi titik pangkal keberpihakan itu.
Jangan Netral di Titik Kritis!
DPC GMNI Tanah Karo mengajak
seluruh DPC dan DPD GMNI Se-Indonesia untuk tidak menjadi netral di tengah situasi kritis organisasi.
Netralitas adalah bentuk pembiaran terhadap fragmentasi dan status quo. Saatnya
semua DPC turun tangan, bukan hanya untuk hadir, tapi untuk mengarahkan Kongres agar kembali ke cita-cita
dasar organisasi.
“Jangan jadi penonton di rumah
sendiri. Kita semua punya tanggung jawab moral dan historis untuk menyukseskan
Kongres ini. Kalau bukan kita, siapa lagi?” kata Ketua DPC GMNI Tanah Karo.
Kongres Adalah
Momentum, Bukan Sekadar Acara
Momentum tidak datang dua kali.
Kongres XXII GMNI adalah pertemuan
sejarah. Sejarah menanti, apakah kita akan menjadi generasi pelopor yang
membangun kembali kejayaan GMNI atau menjadi generasi diam yang membiarkan
ideologi tercerai-berai.
DPC GMNI Tanah Karo telah memilih
untuk hadir, bersuara, dan bergerak. DPC GMNI Tanah Karo memilih untuk
menyukseskan Kongres XXII GMNI.
“Mari, kader GMNI di seluruh
Indonesia, kita satukan langkah, kita kobarkan semangat marhaenis, dan kita
tegakkan Kongres ini sebagai tonggak revolusioner menuju GMNI yang bersatu, berideologi, dan berpihak
pada rakyat!” tegas Bung Arjun Munthe, Sekretaris GMNI Tanah Karo.
Editor : Mayldo