DOMPU, LidiNews.com |Lahir dari keluarga sederhana, tak membuatnya minder dan tak patah semangat menapaki cita-citanya. Pahit serta getirnya kehidupan masa kecil di kampung, telah menempa dirinya menjadi pribadi yang kuat serta tangguh dalam menghadapi kerikil kehidupan.
Kini, setelah menjadi anggota dewan, Pasdompu begitu ia dikenal dan di sapa oleh banyak kalangan, tidak membuatnya menjadi pribadi yang angkuh, apa lagi berlagak sombong. Selain menjadi anggota dewan, Pasdompu masih menjalankan bisnisnya, seperti sarang walet, percetakan, serta sesekali mengontrol jalannya aktivitas sekolah yang dibangunnya di Desa Hu'u beberapa tahun yang lalu.
Diceritakannya, sebelum terang tanah dan berangkat ke kantor. Ia terlebih dahulu menunaikan sholat subuh bersama keluarga kecilnya. Ia selalu membiasakan diri untuk melakukan banyak hal di dalam rumah. Baik itu menyiapkan kebutuhan dapur sebelum istrinya memasak, membersihkan tempat tidur, menyapu kamar dan mengajak anak-anaknya untuk mengaji sebelum pagi benar-benar menyapa semesta.
Pagi ini, 3 Juli 2020, ketika perjalanan dengan menggunakan mobil menuju kantor dewan di jalan Soekarno-Hatta. Pasdompu masih menyempatkan waktu untuk turun dan berbincang dengan tukang sapu di taman kota Dompu. Pasdompu tidak pernah risih, canggung apa lagi cuek ketika bertemu dengan siapa pun. Bertemu dengan tukang sapu, tentu bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh anggota dewan seperti dirinya. Di kesempatan itu, ia meluangkan waktu untuk bertanya dan mendengarkan segala keluhan, saran dan kritikan dari semua pihak. Bahkan, dirinya tidak memposisikan diri sebagai seorang pejabat ketika bersua dengan mereka yang dianggap berada dalam lapisan kelas sosial yang rendah.
Bahkan suatu ketika, Pasdompu pernah bertutur tentang pelajaran hidup yang dipetiknya dari seorang tukang sapu. Menurutnya, semua orang adalah guru apa pun profesi yang digelutinya. Tak cukup alasan baginya untuk merasa lebih dari manusia lain. Karena sejatinya, semua orang memiliki kelebihannya masing-masing yang tuhan titipkan kepada setiap hambanya.
Baginya, jabatan adalah titipan Tuhan yang bisa datang dan kapan pun bisa pergi. Jabatan selain akan dimintai pertanggungjawaban di alam akherat kelak, tapi juga merupakan amanah dari rakyat yang baginya tidak hanya diemban juga diperjuangkan.
"Jabatan ini bukan milik saya, tapi titipan. Semoga saya bisa dituntun untuk terus memperjuangkan aspirasi masyarakat. Tuturnya.
Ke-bersahaja-an Pasdompu bukan isapan jempol belaka. Lelaki kelahiran 1980-an ini, telah menunjukkan keberpihakannya kepada masyarakat. Tidak hanya di wilayah dapilnya, yakni Dompu, Pajo dan Hu'u, tetapi juga kepada siapa saja yang datang meminta bantuannya, akan selalu diupayakan untuk bisa dibantu dan di tolong olehnya.
Bahkan hampir tidak pernah ketinggalan ketika mendengar kabar duka maupun hajatan yang ada di Dapilnya. Pasdompu tidak hanya datang, tapi menawarkan bantuan, memberi solusi, serta bersalaman penuh persaudaraan kepada siapa saja yang dijumpainya. Bahkan dalam banyak pertemuan dan pembicaraan yang melibatkan dirinya, Pasdompu selalu merendah dan tak pernah menggurui lawan bicaranya.
Sebelum benar-benar sampai di gedung dewan, Pasdompu telah menyerap aspirasi dari masyarakat-Nya walaupun itu datang dari tukang sapu. Ia menyapa mereka yang menaruh harapan kepadanya, meresapi makna hidup, merenunginya dan mengejawantahkan dalam tutur dan laku, dalam rapat paripurna di gedung dewan yang terhormat. (Raden't)
