terkini

Iklan Podcast

Memilih Pemimpin Bangsa Dalam Perspektif Alkitab

Lidinews
Sabtu, 6/17/2023 04:24:00 PM WIB Last Updated 2023-06-17T09:25:49Z
Penulis : Suryanata Purba
Kordinator Kerohanian Universitas Quality & Universitas Quality Berastagi
Bimbingan Konseling Universitas Quality & Universitas Quality Berastagi

Gambar : Memilih Pemimpin Bangsa Dalam Perspektif Alkitab. Lidinews.id


Lidinews.id - Allah kita yang hidup adalah Allah atas alam maupun atas agama, Allah atas yang sekuler, mauapun atas yang sakral, perlu dicatat bahwa kebenaran ini layak kita banggakan. Dan Allah kita yang hidup adalah baik atas keadilan maupun atas kebenaran, hal ini Tuhan lakukan semata-mata bahwa memang demikianlah tabiat Allah.

Sebagai warga Negara yang baik, maka kita selaku Umat Kristen yang selama ini juga dinilai memiliki peran penting dalam pemilu di Indonesia. Politik umat Kristiani bertujuan membawa terang, tidak dalam rangka merebut kekuasaan.

Secara singkat, tujuan pemilu adalah untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan baik eskekutif maupun legislatif. Serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sesuai UUD 1945.

Pemilu memiliki fungsi utama untuk menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar mendekati kehendak rakyat. Oleh karena itu, pemilu merupakan salah satu sarana legitimasi kekuasaan. Pemilu dapat dikatakan aspiratif dan demokratis apabila memenuhi beberapa persyaratan.

Maju tidaknya dan jatuh bangunnya suatu , institusi dan bahkan bangsa tergantung pada pemimpinnya. Pengaruh seorang pemimpin menentukan nasib banyak orang. Nabi Yesaya berkata, "maka seperti nasib rakyat demikianlah nasib imam" (Yes 24:2), itu artinya nasib rakyat ditentukan oleh pemimpinnya. Demikianlah peran dan kehadiran pemimpin sangat vital bagi kesuksesan sebuah lembaga.

Dan dalam pesta demokrasi yang akan segera diselengarakan dalam pemlu 2024 Langkah untuk memperoleh sosok pemimpin yang ideal memaksa pemilih untuk bertanggung jawab pada pilihannya. Pemilih menjamin bahwa pilihannya adalah insan yang terbaik. Opsinya merupakan pejuang bonum communae (kebaikan bersama).

Potensi kandidat dalam memajukan kesejahteraan ratusan juta penduduk Indonesia terlihat dari rekam jejaknya. Catatan masa lalu tersebut harus dipastikan kebenarannya. Pemilih dituntut untuk aktif memeriksa data setiap calon.kandidat.

Berikut ini adalah beberapa kriteria seorang pemimpin menurut Prespektif Alkitab ; 

Pilihlah Pemimpin yang Berintegritas
integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga potensi dan kemampuan mampu memancarkan kewibawaan dan kejujuran. 
Dari hal ini Akitab memberikan  kita contoh untuk melihat kehidupan Daniel sebagai pemimpi yang berintegritas yang tidak takut melakukan apa yang benar walaupun ia menghadapi kematian, karena Sikap Pemimpin yang berani dan Berintegritas adalh bersifat Mutlak dalam memimpin Republik ini.


1. Rekam Jejak 

Seorang Pemimpin dimanapun, baik eksekutif, yudikatif dan legislatif, harus betul-betul memiliki kualitas, mempunyai kompetensi dan mempunyai track record yang jelas.

Rekam jejak yang baik dari seorang pemimpin membuat kepercayaan dari para anggota atau jajarannya akan tumbuh. Kondisi tersebut membuat gerak lembaga, organisasi atau institusi yang dipimpinnya semakin mudah.

Faktor trust atau kepercayaan itu terbangun jika pemimpin mempunyai kredibilitas dan rekam jejak yang baik. Sehingga rekam jejak penting sebagai screening ketika seseorang akan menjadi pemimpin.


2. Tangung Jawab

Pemimpin harus bertanggung jawab atas semua yang dilihatnya. Itu berarti, dia juga bertanggung jawab atas apa yang dilihat oleh organisasinya serta tim yang dipimpinnya. Dia bertanggung jawab atas hasil-hasil yang dicapainya, baik hasil yang baik maupun hasil yang buruk.

Robert C. Miljus menyebutkan tanggung jawab pemimpin dengan lebih terperinci, yaitu: 

a) Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis.

b) Melengkapai para bawahan dengan sumber dana-sumber dana yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

c) Mengkomunikasikan kepada bawahan tentang apa yang diharapkan dari mereka.


3. Nasionalisme

Seorang pemimpin yang memiliki semangat nasionalisme tinggi sudah dapat dipastikan berani mempertaruhkan dirinya untuk kepentingan bangsanya, bukan kelompok.

Harkat dan martabat bangsa jauh lebih penting dari sekadar kepentingan sesaat yang dapat mengorbankan masa depan bangsa itu sendiri.

Tantangan perjalanan bangsa ini ke depan tentu jauh lebih berat, berbagai permasalahan yang sudah terlanjur menyandera membutuhkan kecakapan menejerial seorang pemimpin untuk mengurai berbagai permasalahan satu per satu.

Karena Sebagai bangsa yang besar Indonesia memiliki potensi untuk diperebutkan dalam berbagai aspek kepentingan, baik itu ekonomi, politik, dan budaya. Sumber daya alam yang berlimpah dan didukung potensi pasar dalam negeri yang potensial membuat Indonesia semakin menarik bagi pihak asing yang merasa memiliki kepentingan, itulah sebabnya kita butuh seorang Pemimpin yang Berjiwa Nasional,dan sebagai umat Kristen kita harus turut ambil bagian untuk kesejahtraan bangsa kita (Yeremia 29 : 7 Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu).


4. Pemipin Yang Takut Akan Tuhan :

Pemimpin yang takut akan akan Tuhan adalah pemimpin yang memiliki hati kasih, kasih kepada masyarakat yang dipimpinnya. Pemimpin yang memilki hati kasih dan peka terhadap kebutuhan masyakat. Pemimpin yang takut akan Tuhan erat kaitanya dengan pemimpin yang punya integritas sehingga tingkat kehidupan religiusnya adalah perilakunya yang menunjukkan kesesuaian dengan ajaran agamanya.

Sehingga pemipin tersebut mampu bertangung jawab kepada Masyrakat dan Kepada Tuhan. Karena itu jangan memilih  pemimpin yang memakai isu agama dan politik identitas untuk mendulang suaranya, karena Indonesi adalah nusantara dan Bhineka.

Karena sikap takut akan Tuhan adalah salah suatu sikap manusia,  yang menghormati Allah dengan kerendahan hati, sesuai dengan penyataan diri-Nya, dan menghasilkan ekspresi keluar menjadi serupa dengan Kristus, sangat bertolak belakang dengan Politik identitas (berbasis agama) karena itu adalah suatu gerakan politik yang menjadikan agama sebagai alat politik untuk meraih kekuasaan.



Berikut contoh Politik Identitas yang berbahaya: 

Politik identitas terlebih lagi dalam hal agama memang tidak pernah hilang dalam dunia politik di Indonesia ini. Pada ajang pemilihan Gubernur Jakarta pada tahun 2017 yang lalu adalah contoh nyata sebagai bukti pernyataan tersebut. Pada saat itu beredar sebuah isu dimasyarakat yang menjadi sorotan masyarakat DKI Jakarta.

Mau tidak mau atau suka tidak suka, memang politik identitas di Indonesia masih banyak digunakan oleh elit politik untuk memenangkan kompetisi politik. Identitas sebagai batas pemisah mereka yaitu salah satunya adalah agama.

Sebagai warga Negara yang baik dan seorang Umat Kristen yang peduli Jadilah pemilih yang cerdas dan rasional. Ketika datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan mau menggunakan hak pilih bukan karena uang.

Bukan karena iming-iming sembako, bukan karena materi, bukan karena politik uang, 
Jadilah warga Negara 100 persen dan warga gereja 100 persen, sebagai warga Negara dan warga gereja yang baik, umat kritiani tidak memiliki alasan untuk tidak menyalurkan aspirasi politiknya dan tidak boleh golput pada pesta demokrasi kali ini.

Tetapi umat kristiani harus memilih caleg yang berkwalitas dan pemipin yang berkwalitas untuk mengawal jalannya pemerintahan lima tahun kedepan.




Memilih Pemimpin Bangsa Dalam Perspektif Alkitab
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Memilih Pemimpin Bangsa Dalam Perspektif Alkitab

Iklan