Oleh : Budi Kusuma
Jurusan : Teknik Pertambangan Umk
Saya dan cak nur sepakat jika organisasi ini di bubarkan saja apabila telah jauh dari independensinya
Dahulu, Tepatnya di yogyakarta 5 februari 1947, pada mata kuliah tafsir yang di ampuh oleh dosen husein yahya, tiba tiba salah satu mahasiswa STI meminta izin hendak mengadakan rapat, pada mulanya tak ada yang berbeda di karenakan suasana kuliah yang terasa begitu hangat dan terkesan biasa biasa saja bagi mereka yang tak menyadarinya, akan tetapi bagi sebagian orang hal itu adalah hari yang besar dan bersejarah, ketika mereka yang berjumlah 15 orang itu, mendirikan salah satu organisasi tertua yang biasa di sapa dengan nama HMI akronim dari Himpunan Mahasiswa Islam yang secara historis pada zaman kejayaan nya masi menunjukan semangat intelektualisme dan aktivisme nya,
Intelektualisme dan aktivisme HMI adalah bagian dari risalah perjuangan mahasiswa, yang di rangkum dalam bingkai pengkaderan, dari awal kelahirannya hingga hari ini organisasi tersebut telah banyak melahirkan kader kader yang mampu menjiwai spirit perjuangan dan kepemimpinan yang berlandaskan keislaman dan keindonesiaan, serta tetap merawat nafas HMI sebagai organisasi yang ber independensi jika kita melihatnya secara historis, independensi janganlah di artikan sebagai tindakan untuk mengurung diri dan tidakan untuk mencapai tujuan secara personal akan tetapi independensi HMI adalah menolak segala bentuk kompromi hegemoni kekuasaan yang merugikan kecuali berkompromi terhadap kebenaran
perjuangan HMI sebagai bagian dari kepingan sejarah bangsa Memang tak dapat kita munafikan, ketika organisasi tertua ini turut andil dalam perjuangan panjang mempertahankan kemerdekaan, katakanlah perjuangan bersenjata pengusiran penjajah, gerakan penumpasan pemberontakan pki di madiun, pelopor bangkitnya gerakan mahasiswa angkatan 66 dan gerakan reformasi menuntut soeharto mundur dari kekuasaan. bagaimanapun pergerakan itu lahir di karenakan HMI sebagai organisasi yang tetap mengejawantahkan independensi sebagai landasan pergerakan, namun itu dulu jika lagi lagi kita melihatnya secara historis, apabila politik kekuasaan mencederai harapan rakyat maka mereka harus berhadapan terhadap gerakan mahasiswa , demikian adalah romantisme sejarah pergerakan, lalu bagaimna dengan hari ini , HMI dengan kader mileniumnya ?
Ada dua hal momentum besar yang patut di sukuri tepatnya di tahun 2020 , yang pertama Hmi dengan umurnya yang telah tua masi menunjukan semangat gairah hidupnya meskipun memerlukan beberapa kritikan demi perubahannya dan kongresnya yang ke 32 yang berlangsung di kendari semoga berjalan lancar, umur panjanglah perjuangan
Perlu untuk di ketahui harusnya lah Hmi yang telah berumur panjang itu, tak mengakibatkan para kader terbelenggu oleh kenangan kenangan sejarah, yang dinamikanya di penuhi oleh kemesraan terhadap keterlibatannya pada perjuangan bangsa , para kader yang di sibukkan untuk bercinta terhadap sejarah digiring untuk terlena akan kejayaan yang telah lalu, bagaimanapun akhirnya telah membawa kader untuk hanyut terhadap romansa historis, sehingga lupa untuk berfikir serta mencari obat untuk menyembuhkan konflik yang ada pada internal Hmi. Apabila khlayak pembaca dengan senang hati memperkenankan penulis untuk mengutip sabda dari seorang filsuf tersohor di daerahnya kala itu, ia kira kira berkata seperti ini “ kejayaan dari suatu kekuasaan lambat laun akan runtuh jika para perangkatnya telah terlena oleh kekuasaan itu.
dengan usia HMI yang telah senja beranjak 73 tahun memang tak dapat kita katakan muda lagi, berdasarkan waktunya ada 3 hal kemungkinan besar yang akan terjadi pertama Hmi bubar dan yang ke 2 Hmi bangkit serta yang ke 3 Hmi tetap hidup namun mati suri, katakanlah demikian , barangkali karakter independensi kader yang hanyalah tinggal identitas
hmi tetap hidup namun mati suri, merupakan suatu momen yang mengelitik ketika kita melihat gelagat dan karakter organisasi Hmi yang sudah tidak berada pada jalur koridor nya atau tak sesuai lagi terhadap lingkungan nya, ketidak hadiran Hmi di lingkungan masyarakat bahkan cenderung sebagai organisasi pendorong kekuasaan Dan ironinya kadang kala hal itu pula terjadi di internal organisasi, untuk sekedar siku menyiku merebut tahta atau barangkali hal yang serupa di situasi yang lain dan metode yang lain, namun pola yang sama apa lagi kalau bukan di akibatkan oleh egoisme kader yang tumbuh mengakar.
Jika saja apabila lafran pane pada akhirnya di persilahkan bangkit dalam kuburnya untuk kembali menengok adik adiknya di hijau hitam itu, maka pastinya lah ia pula akan bersepakat terhadap nurcholist majid, bahwa HMI milenium bubarkan saja, apabila organisasi itu tidak lagi bersama rakyat dan tidak lagi bersama tujuannya dan tidak lagi bersama khittah perjuangannya dan pula tidak lagi bersama asasnya.
Namun Bagaimanapun akhirnya sebagai kader yang ideal apabila kita melihat suatu benda itu rusak maka kita terdorong untuk memperbaikinya , bukan malah membiarkannya dan memperburuk keadaanya. Kita tentunya menolak independensi itu semakin larut untuk di cederai oleh sebagian orang .