terkini

Iklan Film

Feminisme

Lidinews
Selasa, 6/23/2020 09:20:00 AM WIB Last Updated 2023-02-11T03:43:54Z
LidiNews.com |Feminisme merupakan suatu proses panjang yang muncul dari berbagai rasa sakit dan kepahitan,serta kegetiran akan ketimpangan yang berlangsung di dalam tatanan masyarakat,baik yang berlangsung di ranah publik maupun yang berlangsung di ranah domestik, atau di ranah pribadi.


Feminisme dapat saya wujudkan seperti tubuh Perempuan yang tidak berpusat, tidak satu dan tidak terintegrasi. Tetapi dapat membagi diri tanpa menjadi berkurang,dan dapat menyatu tanpa kehilangan subjektivitasnya,serta karena adanya perbedaan sehingga dapat saling melengkapi.

Mungkin kita setuju dengan pemikiran feminis liberal, tetapi kemudian melihat ada yang tidak dapat sepenuhnya di terima, karena pendekatan ini lebih androgin dan memandang tubuh sebagai wadah sedemikian rupa sehingga perbedaan yang nyata antara lakilaki dan perempuan terabaikan. 

Yah, seperti yang dikatakan oleh Simone de Beavoir.”one is not born, rather becomes, a women.”  Perempuan tidak semata mata dilahirkan,perempuan adalah suatu proses menjadi . dan proses menjadi itu tidak pernah berakhir. Menjadi feminis pun demikian, dimana seharusnya tidak ada stereotip perempuan.feminispun bukan suatu prototipe jenis perempuan atau laki laki dengan karakter, penampilan atau pemikiran tertentu. Kecuali ia menyadari bahwa adanya ketimpangan struktur dan merasa tidak nyaman dengan ketimpangan itu.

Pemikiran feminis terus bergerak tak terbatas karena setiap pemikiran lahir dalam konteks tertentu. Seperti Feminisme Radikal misalnya, muncul ketika seksualitas perempuan (Barat) dieksploitasi. Lahirnya revolusi seksual yang memunculkan kebebasan seksual tetapi memunculkan juga ketidak bebasan seksual. Contohnya perempuan yang tidak mempunyai kebebasan untuk mengatakan “Ya”, kini kehilangan ketidak bebasannya mengatakan “Tidak”.

Feminisme multikultural dan global misalnya, karena adanya kesadaran bahwa posisi subordinat perempuan tidak semata mata muncul karena seorang perempuan adalah perempuan, melainkan ia juga adalah perempuan dengan ras,kelas, agama, atau latar belakang tertentu.

Sering sekali banyak yang berkata bahwa feminisme berawal dari Barat. Dan feminisme adalah barat. Dan ketika Feminisme di katakan Barat, maka yang ada di benak mereka biasanya adalah feminis readikal atau posmodern. Pemikiran Feminis radikal sering kali dianggap tidak sesuai dengan budaya “Timur” karena membahas mengenai seksualitas yang bagi pemikiran Timur adalah tabu atau bahkan tidak bermoral. 

Sementara pemikiran feminis Posmodern dianggap tidak “Membumi” karena tidak menghasilkan suatu solusi untuk mencapai suatu pemecahan masalah.

Jadi,Asumsi yang merendahkan bahwa perempuan indonesia (Timur) tidak mampu melihat ketimpangan yang seringkali muncul secara jelas di depan mata. Memang tingkat opresi terhadap perempuan itu berbeda beda, tetapi faktanya adalah opresi itu ada dan tidak menghilang begitu saja.
Pada tingkatan tertentu feminisme lebih muda di mengertiatau di pahami sebagai suatu teks, suatu tawaran wacana ,suatu kacamata, yang kurang penting daripada feminisme yang dimanifestasikan dalam bentuk gerakan.

Misalnya, feminisme liberal, telah berhasil menghidupkan studi perempuan di banyak universitas di dunia, menyokong kebijakan publik yang lebih egaliter dan menggerakkan perempuan dalam program program “nyata” dan memberdayakan perempuan.

Feminisme radikal terutama juga muncul dalam bentuk gerakan pro dan anti aborsi, juga pro dan antipornografi.

Begitupun dengan Feminisme ala Marxis yang memberikan kontribusi pemikiran mengenai pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.

Feminisme juga tumbuh dan mempertanyakan bukan hanya bersifat praksis, melainkan juga hal yang lebih bersifat epistimologis. Pemikiran Barat , lakilaki kulit putih mulai di pertanyakan. Misalnya pemikiran Descartes  “Cogito Ergo Sum” ---Saya berpikir maka saya ada” yang menepatkan subjektivitas dan diri pada pikiran, dan dengan demikian mengabaikan tubuh yang sedang di perbincangkan secara serius.

Misalnya oleh para feminis posmodern ,sebagai akar dari pengabaian terhadap perempuan yang di asosiasikan dengan tubuh.Dan meskipun tidak bersifat praksis dalam artian melahirkan gerakan atau tindakan tertentu, Pemikiran yang mempertanyakan pemikiran bukanlah suatu hal yang tidak penting. 

Seperti yang di pikirkan oleh feminis psikoanalisis dan gender. Mereka mempertanyakan pemikiran. Menurut mereka pemikiran adalah penting karena berarti mempertanyakan juga modus operandi masyarakat yang mengamini pemikiran itu. Jadi, jika pemikiran di takdirkan bahwa pria lebih berkuasa, dibanding wanita lemah lembut dan manja. Diterima sebagai suatu yang ejeg dan pasti. Maka dapat di pastikan pada level praksis perempuan akan tetap di konstruksi sebagai objek seksual laki laki sebagaimana dipikirkan oleh pemikiran itu.  






Penulis  : Novi Astuti
sumber  : Feminist Thought:Rosemarie Putnam Tong

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Feminisme

Iklan

Pasang Iklan Di Sini Close x Kode Iklan Di Sini Broo