terkini

Iklan Podcast

Opini - Negara Kita

Lidinews
Minggu, 6/12/2022 12:47:00 AM WIB Last Updated 2022-06-11T17:47:53Z
Penulis : Jakfar Shodiq

Apa yang kita lakukan hari ini adalah takdir negara ini dimasa depan. Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat seolah-olah melebihi kecepatan super sonic.

Lidinews.id - Budak teknologi adalah kata yang tepat untuk memanggil kaum muda hari ini, dimana mayoritas dari kaum muda hanya menghabiskan Sebagian besar waktunya untuk scroll-scroll hp nya masing-masing.

Dengan demikian mengakibatkan tersitanya waktu untuk digunakan berfikir dan belajar. Jika hal tersebut terus berlangsung maka tidak dapat lagi dibendung keruntuhan untuk negara ini.

Kaum muda hari ini dipermudah oleh teknologi namun dipersempit juga olehnya, dipersempit ruang geraknya sehingga mereka cenderung lebih menyendiri ketimbang melakukan aktivitas sosial kemasyarakatan. Jika hal demikian terus berlangsung warisan bangsa akan sulit tersampaikan berupa budaya dan tradisi. Tidak hanya putusnya budaya dan tradisi bangsa yang akan terjadi, melainkan bobroknya kualitas demokrasi negara.

Kita dapat menyepakati bahwasanya hari ini yang menjadi pemimpin negara kita di dominasi generasi milenial, namun tak dapat kita bahtahkan bahwasanya kelak generasi Z-lah yang akan mengambil bagian itu. Namun Apa jadinya negara ini Ketika dipimpin oleh seseorang  yang apatis terhadap kondisi sosial masyarakatnya. Atas dasar apa saya mengatakan generasi Z apatis terhadap  kondisi masyarakatnya?

Sadar tidak sadar hari ini kita lebih menghabiskan waktu dengan gadget ketimabang keluar untuk hanya sekedar berbaur dengan masyarakat kemudian mendengarkan keluh kesah mereka terkait kehidupan mereka.

Kita sepakat bahwasanya hari ini negara ini dipimpin oleh oligarki yang kurang begitu berpihak terhadap kepentingan dan kebutuhan masyarakat, dan apakah itu murni sepenuhnya kesalahan para penguasa itu? Apakah kita tidak memiliki bagian dalam kondisi ini? Saya yakin haqqul yakin keadaan negara kita saat ini adalah kesalahan yang sengaja kita perbuat tiga tahun yang lalu. Tiga tahun sudah berlalu namun kita belum menyadari kesalahan yang telah kita perbuat, kesalahan apa, ada yang tau? Beragam, ada yang dengan bodohnya menjual suara dengan hanya nominal 20-100 ribu, dan ada yang jauh lebih bodoh dengan memilih golput dengan alasan percuma saya memilih toh ujung-ujungnya pemimpin kita masih zalim dan korup.

Demokrasi kita hari ini jauh dari kata demokrasi yang ideal seperti apa yang sering kita pelajari di ruang-ruang kampus. Jika mata kita melek Ketika disuguhkan uang yang tak begitu besar nominalnya. Money politic masih kita pahami dengan membeli suara rakyat dan mempergunakanya kepada hal hal yang tak dapat diterima oleh kecerdasan intelektual seperti KKN, cashback program, dan lain sebagainya. Malulah harusnya kita kepada negri-negri diluar sana ketika mereka tahu akan kondisi demokrasi kita hari ini.

Diluar sana mereka telah melakukan pergeseran money politik dari yang awalnya seperti yang ada di negara kita saat ini, dan diluar sana Ketika membicarakan money politik adalah datangnya dari mana kita mendapatkan modal untuk melakukan sosialisasi dan lalu kemudian diupload ke dalam media yang telah mereka buat, untuk kemudian dijadikan sebuah SPJ yang kemudian masyarakat ikut mengetahui kebenaranya.

Sedangkan masyarakat kita hari ini tidak akan memilih tanpa diberikan uang saku menuju TPS. Lalu memaksa pemerintahnya untuk adil, lucu bukan! Bagaimana mungkin pengusaha itu bisa bertindak adil jika kita sendiri belum bisa membentuk keadilan dari diri kita sendiri.

Kita memang memiliki wakil, yang kemudian kita sebut dewan perwakilan rakyat. Secara harfiah menjadi simbol dari masyarakat, namun esensinya bukan simbol masyarakat melainkan symbol dari partai politik yang mana sikap dari para anggotanya ditentukan oleh partai itu. Hal ini dibuktikan dengan adanya fraksi yang terpampang mapan dalam Gedung-gedung DPR.


Editor : Arjuna H T M
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Opini - Negara Kita

Iklan