terkini

Iklan Podcast

Opini-Absennya Pengawal Pikiran Rakyat

Lidinews
Selasa, 7/04/2023 07:52:00 AM WIB Last Updated 2023-07-04T01:52:59Z
Penulis : Lalik Kongkar
Mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang,
Anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Cabang Malang Sanctus Augustin

Lidinews.id - Koran ada salah satu pilar demokrasi yang berperan mengawal pikiran rakyat. Lenin menjadikan koran sebagai salah satu senjata untuk membersihkan pergerakan dari pencemaran teori. Catatan Samping dari Deklarasi Dewan Editorial Iskra (1900).

Koran adalah pengawal pikiran rakyat. Tirto Adhisoerjo, Bapak Pers Indonesia, memahami koran dengan cara demikian. Pramoedya Ananta Toer mencatat kesaksian ini dalam biogra_ Tirto yang bertajuk Sang Pemula.

Menariknya, bukan hanya Tirto yang melihat peran koran seperti ini. Lenin, pada awal abad ke-20 pun, ternyata berpikiran serupa. Lenin tidak melihat koran sebagai alat untuk menimba pundi-pundi uang. Ia lebih ideologis melihat fungsi koran sebagai alat pemersatu ideologis.

Keresahan Lenin
Lenin merasa resah dengan kondisi pergerakan di masa itu karena ada paradoks yang sedang terjadi. Apa sebabnya? Pertama, penyebaran gagasan Sosial Demokratik di kalangan intelektual sungguh cepat terjadi.

Lingkar studi telah menjamur di mana mana. Selebaran-selebaran agitasi telah bermunculan di banyak tempat. Terakhir, permintaan akan bahan-bahan bacaan Sosial Demokratik pun terus meningkat. Fakta-fakta ini cukup membuktikan bahwa proposal ideologis dari Sosial Demokratik sedang mengalami pertumbuhan.

Namun di sisi lain, kemajuan ini tidak diikuti oleh kemapanan organisasi revolusioner. Gerakan sedang mengalami perpecahan dan menjadi tidak karu-karuan. Bahkan, Lenin menyebutkan karakter pergerakan kala itu sebagai amatiran.

Kemajuan teoritis malah mengakibatkan kebimbangan ideologis; praktik yang sempit; dan bahkan berpotensi membelokkan gerakan ke jalan yang keliru. Situasi ini terjadi karena “petugas” yang mengawal pikiran rakyat absen.

Produk teoretis para intelektual berkembang liar menjauhi konsep-konsep dasar Marxisme. Dengan mengatasnamakan “hak mengkritik”, para intelektual, kata Lenin, malah mengambil peran sebagai apologis kaum borjuis.


Ekonomisme Tumbuh Menjamur
Lenin mengambil satu contoh, yakni menjamurnya gagasan dengan tendensi ekonomisme. Ekonomisme memiliki dua gagasan utama. Pertama, perjuangannya berfokus pada ekonomi semata. Kedua, mereka meyakini pada sifat spontan dan alamiah gerakan buruh.

Ekonomisme sangat mempercayai bahwa perihal ekonomi adalah akar permasalahan segalanya. Mereka memandang politik hanya sebagai supra- struktur. Mereka menyangka, jika perkara ekonomi selesai, maka persoalan politik pun akan turut serta juga.

Akibatnya, mereka memisahkan antara perjuangan politik dan perjuangan ekonomi. Ekonomisme juga meyakini bahwa sifat spontan dan alamiah dari gerakan buruh. Bagi mereka, pendidikan ideologis buruh adalah tidak penting. Secara natural, kata mereka, kesadaran buruh akan bergerak sesuai dengan perubahan iklim perekonomian.

Peran Teori
Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari Lenin dari peristiwa sejarah ini. Pertama, peran penting pabrikasi teori. Kedua, perlunya menjaga kemurnian teori. Bagi Lenin, pabrikasi teoretis itu penting. Menurutnya, perangkat teori yang salah berpotensi membelokkan arah perjuangan. Artinya, teori juga mempunyai pengaruh langsung pada ranah praktik. Selain memproduksi, kemunculan teori pun harus dikawal dengan hati-hati.

Para ekonomis, misalnya, memproduksi gagasannya dengan memakai term-term Marxisme. Namun, dampak yang dihasilkannya justru kontra produktif. Alih-alih memperbaiki, teori yang mereka produksi ternyata membuat ritme pergerakan menjadi berantakan. Arah ideologi pun terpelintir dan membuat sesama aktivis saling bertengkar.

Solusi Lenin
Menghadapi situasi ini, Lenin mengajukan sebuah solusi menarik. Ia mengusulkan untuk memperkuat koran. Iskra adalah nama koran mereka. Lenin meletakkan visi yang jelas terhadap koran itu. Ia tidak menginginkan Koran tersebut sebagai sebuah media yang menyuguhkan berbagai cara pandang seperti IndoProgress.

Lebih dari itu, Lenin menegaskan, koran tersebut harus muncul dengan sebuah semangat tendensi yang jelas dan tegas, yaitu kepada Marxisme. Walau demikian, koran itu juga akan memberi ruang untuk untuk berpolemik dengan gagasan-gagasan yang lain. Gunanya untuk memperjelas perbedaan-perbedaan yang ada; mendiskusikan permasalahan yang muncul; dan untuk memberantas segala ekstrem yang hadir.

Lenin menyerukan ini karena ia meyakini bahwa kesatuan tidak bisa diperintahkan lewat keputusan kongres. Sebaliknya, kesatuan itu harus diperjuangkan. Salah satu caranya adalah dengan menghapuskan segala kebingungan dengan membangun kesatuan ideologis.

Kesimpulan
Koran adalah salah satu pilar demokrasi. Senjata utama demokrasi adalah pikiran atau rasionalitas. Pikiran bertugas untuk membentuk argumentasi. Lalu, argumentasi yang akan menentukan pilihan dalam berdemokrasi. Dalam hal inilah, koran berperan mengawal pikiran rakyat agar argumen yang diusulkan bernas serta pilihan politik menjadi tepat.

Di tengah kondisi pergerakan yang amatiran, Lenin melihat salah satu penyebabnya adalah kemunculan teori-teori palsu. Untuk mengatasi itu, ia memilih untuk ikut berpolemik dan berdebat. Ia menjadikan koran sebagai salah satu senjata untuk membersihkan pergerakan dari pencemaran teori. Oleh karena itu, kita harus memperbanyak koran, website, blog, dan sebagainya untuk mengawal.
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Opini-Absennya Pengawal Pikiran Rakyat

Iklan